Hobi | Pengalaman pertama naik gunung di Gunung Lawu dengan celana jeans dan sepatu kets

Pengalaman pertama naik gunung di Gunung Lawu dengan celana jeans dan sepatu kets

Keinginan admin buat naik gunung muncul ketika admin masih berumur 18 thn. Sebelumnya, naik gunung merupakan salah satu kegiatan yang paling tidak ingin saya lakukan, karna saya berfikir, naik gunung itu ribet, kurang kerjaan, gak mutu, bla bla bla bla :v. Karna ngapain coba susah - susah naik gunung sampe puncak, yang di dapet cuma capek doang. Mungkin seperti itulah yang ada dipikiranku waktu itu :D.

Lambat laun setelah saya sudah pindah habitat dari lingkungan SMA ke lingkungan Kampus, keinginan tersebut juga blm muncul sama sekali. Saya berkuliah di jurusan Geografi di salah satu perguruan tinggi swasta yang ada di Surakarta. Ya, kuliah saya sangat berhubungan erat dengan alam dan saya sangat tidak tertarik tentang kegiatan di alam. Disitu lah terjadi ketimpangan antara jiwa saya dan realita yang harus saya hadapi :v. Memang sebenarnya, Geografi bukanlah pilihan awal saya, namun takdir berkata lain, dan Geografi lah tempat terbaik saya :D.

Setelah 1 semester saya jalani, naik gunung masih blm terfikirkan. Padahal teman - teman seangkatan sudah banyak yang naik gunung sana dan sini bahkan sudah menjadikannya sebagai hobi. Kebiasaan saya ketika gabut di kampus adalah main ke kos temen, dan kebetulan temen saya itu menurutku pegiat alam sejati, karna udah banyak gunung yang dia kunjungi. Ditempat itulah rencana untuk naik gunung muncul, dan Gunung Lawu menjadi tujuannya. Rencana itu muncul ketika salah satu teman saya yang ada di kos tersebut mengajak untuk naik gunung. Tanpa berfikir panjang, saya pun mengiyakan. Padahal saya tidak pernah punya keinginan naik gunung, dan tak tahu kenapa saya langsung menyetujui nya, wkwkwk.

Karna saya waktu itu blm pernah naik gunung sama sekali, saya pun sangat tidak paham standar naik gunung yang harus saya lakukan. Yang saya tahu hanya membawa bekal seadanya dan berpakaian layaknya orang piknik, hahaha :D.

Hari yang telah direncanakan pun sudah tiba, berangkat lah saya dengan membawa tak kecil, dan perkakas seadanya tanpa membawa bekal makanan, memakai celana jeans dan sepatu kets. Ya, sangat tidak terlihat seperti seorang yang akan mendaki gunung. Berbeda dengan teman - teman saya yang menggunakan alat2 outdoor. Kami pun berangkat bersembilan.

Jalur yang kami gunakan adalah via cetho. Karna menurut informasi yang beredar, pendakian via cetho akan disuguhi suasana yang masih asri dan terdapat padang sabana nya. Pada waktu itu tiket masuknya adalah 10 ribu/orang. Kami berangkat dari basecamp sekitar pukul 15.30 WIB. Mau tidak mau kami akan melakukan pendakian malam hari. Jalur via cetho merupakan jalur terpanjang dari jalur yang lainnya. Maka tidak heran ketika pendakian G. Lawu via cetho lebih lama dibandingkan lewat jalur cemoro sewu dan cemoro kandang.

Oke, pendakian pun dimulai. Semuanya terasa biasa - biasa saja. Tidak ada hal yang aneh yang saya rasakan seperti kebanyakan orang bicarakan tentang hal mistis di G. Lawu. Hanya saja, perjalanan terasa sangat melelahkan, karna memang saya yang jarang olahraga dan baru pertama kali mendaki, jadi fisik saya mudah lelah. Banyak waktu tersita untuk istirahat, karna satu rombongan,  yang baru pertama kali mendaki tidak hanya saya :D.

Hari mulai berganti gelap, hujan mulai turun. Dan kami pun tetap melanjutkan perjalanan dengan mengenakan jas hujan. Sesekali sesekali ketika beristirahat, muncul pertanyaan  dalam benakku, "masih jauhkan perjalanan ini?". Ternyata memang sangat sangat melelahkan, dan sesekali ada sedikit rasa menyesal karna sudah mengiyakan agenda konyol ini :v. Berjam jam kami berjalan, kami pun memutuskan untuk bermalam terlebih dahulu. Karna pada waktu itu menunjukkan pukul 00.xx WIB. Udara sangat dingin, gerimis pun blm berhenti, dan celana basah, kondisi inilah yang menurutku sangat buruk, wkwk. Celana jeans yang saya pakai, sudah tidak nyaman untuk dipakai dan memutuskan untuk menggunakan celana pendek.

Setelah tenda didirikan, kami pun membereskan barang2 kami pun menyeduh kopi dan memasak mie instan, perpaduan yang sangat pas di hawa yang begitu dingin, haha :D. Kami pun tidur dan akan melanjutkan pendakian di pagi hari.

Beberapa jam kemudian..........

Pagi pun sudah tiba. Dan kami melanjutkan pendakian dengan membawa bekal seperlunya yang hanya diperlukan selama perjalanan. Dan barang barang lain seperti tenda, tas carier, dll kami tinggal dan akan kami kemas ketika turun dari puncak. Ternyata kami baru sampai di bawah pos 5, dan setelah itu akan sampai di pasar dieng kemudian sampai di hargo dumilah. Sempat ingin mencicipi pecel mbok yem yang begitu fenomenal di kalangan mendaki. Namun, warung tertinggi di Indonesia tersebut pada waktu itu tidak buka. Setelah beberapa jam perjalanan, puncak sudah didepan mata. Susah, letih, dan semuanya yang campur aduk berubah menjadi rasa bahagia yang sangat luar biasa. Semua terbayarkan sudah, dan aku sendiri masih blm percaya kalau bisa sampai seperti ini. Hal yang sangat aku benci, berubah menjadi hal yang paling kunanti di setiap waktu. Mendaki tidak hanya soal perjalanan biasa, karna sebenarnya terdapat makna yang luar biasa ketika kita menghayatinya.

Mungkin hanya itu yang dapat aku gambarkan tentang pendakian pertamaku

Tips untuk pendaki pemula seperti saya adalah
1. Niat
2. Izin orang tua
3. Mendakilah bersama teman yang sudah berpengalaman
4. Gunakanlah pakaian standar untuk mendaki. Jika tidak punya, pinjamlah atau menyewa di persewaan alat outdoor. Jangan menggunakan pakaian yang sangat baik menyimpan air seperti kain jeans, karna keringnya akan susah sekali.
5. Bawalah alat2 makan secukupnya
6. Bawa bekal secukupnya.
7. Jas hujan dan senter sangatlah wajib dibawa
8. Gunakan sepatu khusus outdoor
9. Latihlah fisikmu sebelum mendaki. Misalnya jogging setiap hari.

Jika masih ada banyak kekurangan dan kesalahan saya mohon maaf, karna memang manusia tidak luput dari kesalahan, sekian dan terima kasih :)